Rabu, 13 Juli 2022

MAKALAH PERGAULAN BEBAS DI KALANGAN PELAJAR

 

MAKALAH

PERGAULAN BEBAS DI KALANGAN PELAJAR

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Oleh: Siti Umi Hanik, M.Pd.I

 

 

 

YAYASAN DARUL HIDAYAH

SMK ISLAM DARUL HIDAYAH

JALAN CILIWUNG NO 82 GAMBIRONO - BANGSALSARI – JEMBER


 

A.    PENDAHULUAN

Pergaulan bebas identik dengan pergaulan remaja yang menyimpang dan biasanya mengarah kepada perbuatan seks. Di zaman yang semakin berkembang maka semakin beragam pula tingkah laku serta masalah sosial yang terjadi di masyarakat, terutama masalah kenakalan remaja. Sekarang ini, perkembangan teknologi telah  banyak  memberi  pengaruh  buruk  bagi  remaja  sehingga   menyebabkan terjadinya kenakalan remaja. Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-maslah (Hurlock, dalam Roy, 2011).

Remaja yang disebabkan orang tuanya yang terlalu kejam, tidak dapat menyesuaikan   didikan   dengan   keperluan   anak   untuk   berautonomi,   ataupun sebaliknya menyebabkan orang tua tersebut tidak peduli untuk memantau perkembangan sosial anak tersebut (Dishion, Patterson, Stoolmiller, Skinner (1991) Fuligni dan Eccles (1993). Pelajar seperti ini berpotensi untuk mencari teman sebaya yang mempunyai  masalah  yang kemudian  menjadi faktor penarik  untuk terlibat dalam gejala sosial. Sedangkan Pelajar yang merasakan diri mereka dilamun cinta mereka tidak dapat mengendalikan persahabatan yang sehat, sebaliknya terlalu obsesif, ataupun terlalu mengikut perintah teman sebaya ataupun orang tersayang sehingga akan terjalin pergaulan bebas (Rubiah, 2001). Kegagalan menangani hubungan menjadikan remaja dan individu awal dewasa terjebak dalam gejala sosial seperti perzinahan, kehamilan di luar nikah, kelahiran anak luar nikah, pengguguran bayi, dan sebagainya. Selain itu, ketidak mampuan mengontrol kisah cinta dengan baik mengakibatkan kebanyakan pelajar gagal dalam kegiatan belajar mereka.

Pada sebuah penelian nasional (survei nasional mengenai tingkah laku beresiko pada remaja/national youth risk behavior survey), 54% remaja yang duduk di kelas 3 SMP sampai 3 SMU mengatakan bahwa mereka telah melakukan hubungan seksual. Penelitian lain menunjukan bahwa remaja laki-laki lebih cenderung mengatakan telah melakukan hubungan seks dan aktif secara seksual dari pada remaja perempuan. (Hayes dalam Santrock, 2003).

Permasalahan pergaulan bebas ini sudah merajalela di kalangan pelajar dengan alasan ingin mendapatkan pengakuan gaul dan demi mencari kesenangan semata, Anak remaja zaman dulu sangat menjunjung tinggi rasa malu dan menjaga perilaku  agar tidak menjadi bahan gunjingan. Namun, kini hal yang dianggap tabu ini seolah menjadi hal yang biasa untuk dipertontonkan, misalnya fenomena berpacaran dikalangan pelajar dipandang bukan hal yang asing lagi untuk dibicarakan.Di banyak tempat, kita bias menemui  fenomena berpacaran,  berpelukan, berpegangan, berdua-duaan, merokok, minuman keras . Dahulu orang yang berdua-duaan dianggap sebagai orang yang tidak memiliki rasa malu, apa lagi sampai berpelukan dan berciuman. Hal tersebut sangat ditentang oleh masyarakat dan langsung terkena hukum adat dengan cara dinikahkan atau membayar uang adat/ denda.

Berdasarkan pernyataan di atas, memberikan asumsi bahwa pergaulan bebas perlu  penanganan  yang  serius  karena  hal  ini merupakan hal yang sangat penting demi masa depan pelajar yag lebih baik. Perilaku menyimpang yang terjadi hanya akan membawa banyak dampak buruk jika tidak ditangani karena akan semakin banyak masalah yang timbul dari adanya pergaulan bebas di kalangan pelajar. Mengingat pelajar merupakan agen pembaharu maka pelajar perlu mendapatkan edukasi tentang masalah pergaulan bebas yang bertujuan agar tidak terjadi penyimpangan. Melihat fenomena yang telah dipaparkan di atas maka ada dua hal yang menjadi permasalahan yaitu penyebab munculnya pergaulan bebas di kalangan pelajar serta dampak pergaualan  bebas  di kalangan  perlajar.

 

B.     RUMUSAN MASALAH

Melihat fenomena yang telah dipaparkan di atas maka ada dua hal yang menjadi permasalahan sebagai berikut :

1.      Apa yang meyebabkan munculnya pergaulan bebas di kalangan pelajar ?.

2.      Bagaiamana  Dampak pergaualan  bebas  di kalangan  perlajar ?

 

C.    LANDASAN TEORI

1.      Definisi Pergaulan Bebas

Pengertian pergaulan bebas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terbagi menjadi 2 kata yaitu pergaulan dan bebas, pergaulan berarti kehidupan bergaul dan bebas berarti tidak terikat atau terbatas oleh aturan. Selanjutnya pergaulan bebas berarti pergaulan yang luas antara pemuda dan pemudi. Tidak terlalu menekankan pengelompokan yang kompak antara dua orang saja, akan tetapi antara banyak muda-mudi, menurut Gunarsa dan Gunarsa (2004, hal. 50).

Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makhluk manusia sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan juga adalah HAM setiap individu dan itu harus dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh dibatasi dalam pergaulan, apalagi dengan melakukan diskriminasi, sebab hal itu melanggar HAM. Jadi pergaulan antar manusia harusnya bebas, tetapi tetap mematuhi norma hukum, norma agama, norma budaya, serta norma bermasyarakat.

Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, dapat juga oleh individu dengan kelompok. Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles bahwa manusia sebagai makhluk sosial (zoon-politicon), yang artinya manusia sebagai makhluk sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia lain.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pergaulan bebas adalah proses interaksi yang dilakukan individu dengan individu, kelompok dengan kelompok ataupun individu dengan kelompok yang bergaul bebas tanpa adanya batasan tetapi tetap menaati peraturan dan norma yang ada.

 

2.      Definisi Pelajar

Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pengertian murid berarti anak (orang yang sedang berguru/belajar,
bersekolah). Sedangkan menurut Sinolungan (dalam Riska, dkk., 2013), peserta
didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan
sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar
di sekolah.

Menurut Hamalik (2001) siswa atau murid adalah salah satu komponen
dalam pengajaran, disamping faktor guru, tujuan dan metode pengajaran.
Sebagai salah satu komponen maka dapat dikatakan bahwa murid adalah
komponen yang terpenting diantara komponen lainnya. Murid atau anak didik
menurut Djamarah (2011) adalah subjek utama dalam pendidikan setiap saat.
Sedangkan menurut Daradjat (dalam Djamarah, 2011) murid atau anak adalah
pribadi yang “unik” yang mempunyai potensi dan mengalami berkembang.
Dalam proses berkembang itu anak atau murid membutuhkan bantuan yang
sifat dan coraknya tidak ditentukan oleh guru tetapi oleh anak itu sendiri, dalam
suatu kehidupan bersama dengan individu-individu yang lain.

Berdasarkan uraian diatas, murid atau anak didik adalah salah satu komponen manusiswi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal.

 

3.      Macam-macam Pergaulan Bebas Di Kalangan Remaja

a.       Seks bebas

Dengan terus berkembangnya teknologi, maka informasi yang salah tentang seksual mudah sekali didapatkan oleh para remaja, sehingga media massa dan segala hal yang bersifat pornografis akan menguasai pikiran remaja yang kurang kuat dalam menahan pikiran emosinya, karena mereka belum boleh melakukan hubungan seks yang sebenarnya yang disebabkan adanya norma-norma, adat, hukum dan juga agama (Soetjiningsih, 2004, pp. 139-140).

Apabila anak remaja sering dihadapkan pada hal-hal pornografi baik berupa gambar, tulisan, atau melihat aurat, kemungkinan besar dorongan untuk berhubungan secara bebas sangat tinggi, bisa lari ketempat pelacuran atau melakukan dengan teman sendiri. Hal-hal yang merugikan dari perilaku terhadap seks bebas tidak akan terjadi, apabila individu memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang kuat.

Ada beberapa faktor yang dianggap menimbulkan perilaku seksual pada remaja, diantaranya perubahan hormon pada masa pubertas yang dapat meningkatkan hasrat seksual remaja, penyebaran informasi yang salah misalnya dari buku-buku dan film porno, penundaan usia kawin karena norma-norma yang berlaku bahwa tidak boleh melakukan hubungan seksual sebelum menikah, serta kurangnya pengetahuan yang didapat dari orang tua dikarenakan orang tua menganggap hal tersebut tabu untuk dibicarakan (Sarwono, 2011, pp. 187-188).

Pergaulan bebas sering kali mewarnai kehidupan anak muda dewasa ini, oleh sebab itu tidak heran jika masa depan generasi muda terus merosot jauh,karena pengaruh dari pergaulan bebas. Sehingga jalan terakhir untuk seks bebas adalah aborsi dengan tujuan untuk menghilangkan jejak. Aborsi atau abortus berarti penguguran kandungan atau membuang janin dengan sengaja sebelum waktunya, (sebelum dapat lahir secara alamiah).

 

2.      Narkoba

Narkoba merupakan obat yang dapat menenangkan saraf, menghilangkan rasa sakit dan menimbulkan rasa mengantuk. Tetapi jika dipakai terus menerus dan dalam jumlah yang banyak akan menimbulkan dampak yang tidak baik untuk kesehatan serta kecanduan. Dalam dunia kedokteran zat adiktif ini sangat diperlukan tetapi dalam jumlah atau kadar yang sedikit yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit sebelum dan setelah melakukan pembedahan.

Dewasa ini, penggunaan zat adiktif bukan saja dalam dunia kedokteran yang tetapi juga masyarakat luas. Hal tersebut dilandasi dengan alasan kurangnya pemahaman yang mendasar tentang bahayanya penggunaan zat adiktif tanpa pengawasan dari pihak medis.

Narkoba memiliki dampak negatif yang sangat besar dibandingkan keuntungannya. Oleh sebab itu sampai saat ini usaha pemerintah untuk melakukan pencegahan akan penggunaan narkoba terus ditingkatkan. Penggunaan narkoba memiliki  dampak yang sangat merugikan sehingga ada slogan yang berbunyi “say no to drugs”.

Demikian pula masalah remaja terhadap penyalahgunaan narkoba semakin memprihatinkan. Berdasarkan data penderita HIV/AIDS di Bali hingga Pebruari 2005 tercatat 623 orang, sebagian besar menyerang usia produktif. Penderita tersebut terdiri atas usia 5-14 tahun satu orang, usia 15-19 tahun 21 orang, usia 20-29 tahun 352 orang, usia 30-39 tahun 185 orang, usia 40-49 tahun 52 orang dan 50 tahun ke atas satu orang.

 

D.    PEMBAHASAN

Faktor terjadinya pergaualan bebas

1.  Pergeseran Budaya

Zaman telah berbeda dan kebudayaan lokal mulai bergeser, tidak ada batasan dalam bergaul. Remaja memiliki pola tersendiri dalam bergaul. Pergaulan bebas menyebabkan penanaman nilai-nilai dan norma sosial secara perlahan memudar.  Mereka memiliki pemikiean bahwa aturan yang sudah dipercayai secara turun-temurun oleh nenek moyang dianggap kolot dan sudah tidak sesuai lagi dengan zaman sekarang yang serba modern karena mereka beranggapan kalau kita akan semakin tertinggal jika tidak mengikuti perkembangan zaman. (Siti Suhaidah, 2018)

2.  Kurangnya Perhatian Orang Tua

Makalah ini memberikan pemaparan tentang pergaulan bebas dimana ayah dan ibu adalah teladan pertama bagi pembentukan pribadi seseorang. Pemikiran  dan  perilaku  ayah  dan  ibu  dengan  sendirinya  memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap pemikiran dan perilaku anak. Karena kepribadian manusia muncul berupa lukisan-lukisan dengan berbagai ragam situasi dan kondisi dalam lingkungan keluarga. Para pelaku  pergaulan  bebas  merupakan  anak-anak  yang  kurang  mendapatkan  kasih sayang  dari  orang  tuanya.  Dengan beragam alasan, mulai dari sebagian  besar  mereka  tinggal  hanya bersama dengan nenek karena orang tua harus pergi beradu nasib di rantau.. Akibat dari hal tersebut menyebabkan banyak anak yang berperilaku menyimpang, karena salah satu faktor penyebab pergaulan bebas di kalangan pelajar adalah orang tua. (Siti Suhaidah, 2018)

3.  Teman Dekat

Para pelajar saat ini lebih banyak berada diluar rumah dengan teman sebaya menghabiskan banyak waktu dengan teman-teman sekolahnya. Hal tersebut secara tidak langsung  dapat mempengaruhi sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku. Teman dekat lebih besar pengaruhnya dari pada keluarga. Jika temannya mengenakan model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk dapat diterima oleh kelompok menjadi lebih besar demikian pula bila anggota kelompok mencoba minum alkohol, dan merokok, maka pelajar cenderung mengikuti tanpa memperdulikan akibatnya. (Siti Suhaidah, 2018)

4.  Media

Realitas kondisi saat ini bahwa media sudah menjadi kebutuhan anak muda, sehingga dari media yang tersedia dengan berbagai aplikasi memudahkan mereka untuk mengakses,  menonton atau melihat hal-hal yang belum pantas untuk ditonton oleh usia remaja. Seperti yang seringkali terjadi,  media tidak digunakan secara arif oleh pelajar karena banyak situsi yang berbau pornografi dapat dengan mudah diaskses. Hal ini akan berakibat buruk. apalagi jika tidak ada kontrol yang baik terhadap informasi yang sesuai bagi remaja. Dapat kita ketahui peran sosial media untuk saat ini sudah mulai keluar dari jalannya. Dalam arti banyak diantaranya menyalah gunakan sosial media. (Siti Suhaidah, 2018)

 

Dampak Perilaku Pergaulan Bebas

1.  Menurunya Prestasi Sekolah

Banyak pelajar yang mengalami masalah dalam belajar diakibatkan karena kasus kasmaran yang membuat mereka kurang fokus dalam belajar dan  tidak  enak  dalam  melakukan  apapun. Waktu    belajar mereka  menjadi cenderung berkurang saat  sedang  mengalami patah  hati  atau  sedang kasmaran. Mereka  lebih banyak berfokus kepada kekasih dan masalah percintaan saja.  Pada usia di atas15 tahun, pelajar sudah mulai meraba-raba banyak hal. Keingintahuannya terhadap suatu hal akan memuncak dan tidak sedikit pelajar  terjerumus  dalam  pergaulan  yang salah  akibat  dari   pengaruh  kurangnya pengawasan orang tua yang menyebabkan para pelajar lebih banyak mencari kesenangan diluar rumah, ngumpul di jalan dan sebagainya. (Siti Suhaidah, 2018)

2.  Putus Sekolah

Akibat pergaulan yang diluar batas seperti seks bebas, narkoba, minum-minuman keras. Pada saat sekarang ini pergaulan bebas telah merambah ketingkat SMA dan SMP semua ini terjadi karena pergaulan bebas. Dampak negatif dari pergaulan bebas adalah terjadinya   putus   sekolah.   mereka   lebih   memilih   mengutamakan   ego ketimbang  akal  sehat  dan  realita  yang  ada,  akibatnya  adalah  meningkatnya kemiskinan  karena  kurangnya  pendidikan  dan  semakin  bodohnya  masyarakat. Pergaulan  bebas  cenderung membuat sikap mental anak menjadi kurang sehat, efeknya dari sikap mental inilah yang akan membuat banyak anak remaja merasa bangga atas pergaulan mereka, padahal pergaulan yang dilakukanya sudah diluar batas norma. (Siti Suhaidah, 2018)

3.      Hamil di Luar Nikah

Fenomena hamil di luar nikah selalu ada hingga saat ini, sehingga permasalahan ini sudah dianggap biasa. Peristiwa hamil di luar nikah merupakan akibat dari gaya berpacaran yang semakin tidak terkontrol, pergi ke tempat-tempat tersembunyi untuk melampiaskan nafsu birahi mereka. Sehingga masyarakat sudah tidak asing lagi dengan fenomena kasus hamil di luar nikah. Namun hal ini membuat banyak orang merasa resah karena merasa takut jikalau hal tersebut terjadi kepada putri mereka karena hal seperti itu bukanlah hal yang tidak mungkin untuk tidak terjadi. (Siti Suhaidah, 2018)

 

 

 

E.     PENUTUP

 

1.      Kesimpulan

Faktor-faktor penyebab pergaulan bebas di kalangan pelajar yaitu adalah:

a.   Pergeseran Budaya

Pergeseran budaya yang meneyebabkan pergaulan bebas terjadi apabila hukum adat sudah mulai bergeser. Saat ini, pelajar semakin bebas dalam bergaul dan berperilaku  karena  mereka  mempunyai  pola  tersendiri  dalam  bergaul.

b.  Kurangnya Perhatian Orang Tua

Annak diberi kebebasan dalam bergaual tanpa pengawasan dan perhatian orangtua dalam menjaga dan mengontrol pergaulan anak.

c.   Teman Dekat

Teman dekat yang menyebabkan pergaulan bebas membuat pelajar ikut melakukan hal-hal seperti minum alkohol, merokok atau, melakukan hal- hal yang menyimpang lainya atas dasar ajakan teman, maka pelajar cenderung mengikuti tanpa mempedulikan akibat yang ditibulkan.

d.  Media

Adanya kemudahan pelajar dalam mengakses video atau sumber-sumber pornografi yang mengakibatkan kerusakan mental dan mempengaruhi otak pelajar untuk mencoba hal-hal yang dilihatnya.

 

Adapun dampak dari pergaulan bebas di kalangan pelajar yaitu:

a.   Menurunya Prestasi Sekolah

Akibat pergaulan bebas, kurangnya pengawasan orangtua dalam pendidikan, pelajar   akan   bebas   melakukan   hal-hal   yang   dapat menurunkan prestasi sekolah seperti dengan adanya kemudahan pelajar dalam mengakses video, game dan sumber-sumber lain yang dapat mempengaruhi segala  macam  aktivitas  dalam  belajar  yang mengakibatkan menurunya prestasi sekolah.

b.  Putus Sekolah

Pengaruh pergaulan bebas teman juga menjadi salah satu faktor sangat berpengaruh terhadap pelajar, kebebasan yang diberikan orangtua terhadap anak menyebabakan anak berperilaku semaunya dan akibatnya pelajar kurang mendapatkan motivasi belajar.

c.   Hamil di Luar Nikah

Adanya  pergaulan  bebas membuat  pelajar  melakukan  hubungan badan tanpa ikatan pernikahan. Hal ini juga disebabkan kurangnya kontrol dari orang tua dan bergesernya serta memudarnya budaya lokal yaitu budaya malu sehingga pelajar dengan bebas melakukan hal-hal yang tidak senonoh yang berakibat pada hamil di luar nikah.

 

2.      Saran

Berdasarkan kesimpulan yang peneliti ajukan serta pengalaman peneliti selama penelitian ini dilaksanakan, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:

1.  Bagi Remaja

Sebagai harapan  masa  depan  bangsa,  seharusnya  remaja  mengetahui benar tanggung jawab dan kewajiban besar yang dibebankan di bahu mereka. Oleh karena itu, agar tidak terjerumus ke hal-hal negatif yang merugikan diri sendiri maupun pihak lain, maka pelajar harus membentengi diri dengan cara memperdalam pengetahuan  agama,  yang  bisa  dilakukan  dengan  cara  memperbanyak  membaca buku keislaman, rajin mengikuti ceramah keagamaan, mengikuti kegiatan atau organisasi keagamaan atau organisasi lain yang bermanfaat, bergaul dengan teman-teman yang baik. Dengan cara-cara tersebut dapat terhindar dari pengaruh buruk lingkungan yang akan menjerumuskan dalam perbuatan maksiat, yang merupakan pelanggaran terhadap agama maupun norma masyarakat.

2.  Bagi Lembaga Pendidikan

Untuk menekan adanya perilaku pergaulan bebas  di kalangan pelajar. Para pendidik harus turut memperhatikan pelajar. Misalnya dengan menerapkan peraturan berperilaku yang baik yang sesuai norma agama yang berlaku serta kesopanan dalam berpakaian harus diatur, selayaknya pakaiannyajangan terbuka/ketat, dan bagi pelanggarnya ada sanksinya pula. Karena salah satu faktor penyebab munculnya pergaulan bebas adalah rendahnya pendidikan nilai-nilai Islam. Selain itu dengan menghidupkan atau mengaktifkan kegiatan-kegiatan keagamaan di sekolah mestinya yang kontinyu atau rutin.

3.  Bagi Orang Tua

Sikap orang tua yang kurang memperhatikan anak bahkan untuk hal kecil atau sepele seperti cara bergaul dan berpakaian ternyata berpengaruh terhadap perilaku pergaulan bebas. Oleh karena itu, orang tua harus meluangkan waktu untuk memperhatikan anak, serta mengontrol kegiatan mereka. Orang tua juga harus menerapkan kedisiplinan beribadah atau beragama dengan cara memberi teladan yang baik. Intinya, orang tua harus senantiasa mendampingi anak, terutama pada masa perkembangan dan masa transisi (peralihan) karena pada masa itulah, anak-anak mudah sekali terpengaruh lingkungan.

4.  Bagi Tokoh/Pemuka Agama

Mengingat bahwa agama merupakan fondasi bagi kita untuk berperilaku, maka para tokoh agama seharusnya secara kontinyu mengadakan kajian keagamaan di tempat masing-masing, mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT, seperti bakti sosial. Sehingga dengan bekal keagamaan yang kuat, maka kita harapkan perbuatan-perbuatan yang menyimpang pun dapat kita berantas atau setidaknya kita tekan seminim mungkin.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Bartholomew, K., & Horowitz, L. M. 1991. Attachment styles among young adults: A test of a four-category model. Journal of Personality and Social Psychology

61: 226244.

Dishion, T. J., Patterson, G. R., Stoolmiller, M., & Skinner, M. L. 1991.Family, School, and Behavioral Antecedents To Early Adolescents Involvement With Anti-Social Peers. Developmental Psychology 27: 172-180.

Gunawan. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Malang: UMM Pres.

Memahami  Masalah  Sosial:  Rangka  Teoretikal Subjektif Mengikut Konteks. Kertas Kerja Seminar Kebangsaan Ke-3 Psikologi dan Masyarakat,  Gejala  Sosial  Dalam  Masyarakat.  Pusat  Latihan  KWSP Bangi, 4-5 Oktober.

Roy. 2011. Pemahaman Tentang Seks Kaitanya dengan Sikap TerhadapHubungan

Seks Pranikah. Skripsi. Fakultas Psikologi UMS.

Rubiah K. Hamzah. 2001. Teknik dan Strategi Membimbing Remaja: Menghadapi Cabaran.

Kuala Lumpur: PTS Publications and Distributors Sdn. Bhd. Santrock. 2003. Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Upe, Ambo dan Damsid. 2010. Asas-Asas Multiple Researches: dari Norman K. Denzin hingga John W. Creswell dan Penerapannya. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Suhaidah Siti . 2018 . Pergaulan Bebas di Kalangan Pelajar. Neo Societal; Vol. 3; No. 2; ISSN: 2503-359X; Hal. 425-432

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar